Jumat, 07 Oktober 2011

Rindu Akan Sepiring Telur Dadar


lintas kereta ekonomi menggetarkan pagi
dalam sentak, aku menyibak selimut mimpi
dalam hening, aku mengucap selamat pagi pada hati
dan lagilagi fikiranku, pada engkau, setiap hari
ibu sedang apa?
sudahkah kau memasak telur dadar untuk pagi ini?
sepertinya tak ada beda, seperti kemarin, larut dalam rahasia
kau pasti masih lelah, kan?
terdengar jelas bu, dari rebahmu yang mendengkur
dan aku menikmati melodi itu sambil terpekur
haruskah aku bersyukur? Entahlah
yang penting, jangan sampai mereka tahu bu, kau sering pulang pagi
biarlah hanya aku yang tahu, biarlah hanya aku
dan sekarang, aku pamit dulu, waktu sudah hampir pukul delapan pagi
sudah saatnya aku berkerja
lagipula, mumpung Budi dan Rina masih tertidur
karena pasti mereka merengek untuk ikut
aku tak mau mereka tahu

saat ini, peluhku sedang menikmati guyuran terik matahari
dan asapasap polusi, asik menelusuri rongga jasmani
oh ya, ibu sedang apa di rumah?
sudahkah kau bangun?
aku tak pernah lelah menanyakan ini
maukah kau memasak telur dadar untuk siang ini?
cukuplah sebutir, tak perlu banyak-banyak
karena aku dan rindu sudah saling sepakat
kami ingin masakanmu, bu
tak apalah, walau sering terlalu asin, bahkan kadang gosong
kasihan Budi dan Rina, mereka pasti lapar sekali
dan mereka tak pernah berani meminta
mereka takut mengganggu istirahat siangmu

dalam perjalanan pulang, aku menyusuri sungai yang kotor sekali
aku kembali merenung
ibu sedang apa di rumah?
sudahkah kau memasak telur dadar malam ini?
aku berharap kau tak melulu ingkar janji
luangkanlah sedikit waktu, sebelum kau pergi menebus rindu
dengan cara apalagi aku harus membohongi Budi dan Rina?
walau mereka tak pernah mengeluh, lama-lama aku jadi tak tega
sebagai kakak satu-satunya, aku sayang sekali kepada mereka
setiap pulang kerja, aku tak pernah lupa membawakan sebungkus gorengan
dan seperti biasa, sekarang akupun menenteng sebungkus gorengan
Budi dan Rina pasti sudah menanti di rumah
sebuah piring kosong pasti sudah disiapkan oleh Budi
begitu juga segelas air hangat yang disiapkan oleh Rina

tahukah engkau bu
aku sangat berharap semua bisa kembali seperti dulu
saat-saat telur dadar masih menjadi makanan favorit kita
saat-saat mimpi indah kita masih bernyanyi
saat-saat bahagia kita masih tak terbagi
saat-saat dirimu masih benar-benar seorang ibu
maukah, engkau, kembali seperti dulu?


#15harimenulisdiblog

2 komentar:

  1. padahal terakhirnya ga usah di jelasin kl ibunya itu pelacur, supaya ui (pembaca) mengerti dgn sendiri. btw nice post guru! (y)

    BalasHapus
  2. haha, udah tuh, kemaren emang masih belum finish di editnya :))

    BalasHapus